The Gayuhputra

  • Diatrema, a Venture Capital

    A majority of startups fail, pushing governments, sectors and companies to seek solutions for a better success rate. The startup boom is no accident. Governments in the region are making every effort to draw investments from around the world, in a bid to modernise their economies and diversify beyond the raw material industries. Underlying these efforts is rising economic prosperity in the region.

    The truth remains that entrepreneurship is a risky affair, with global experts placing startup failure rates anywhere between 60% to 90%.

    “We believe that Drillo Bonanza will slowly mature in terms of processes and will see exponential growth once there are a few exits. This will bring about significant buoyancy in the ecosystem,” explained Gayuh Putranto.

  • Politik Kantor (1)

    Politik Kantor (1)

    Pada dasarnya, setiap kantor atau organisasi mempunyai sepotong drama politis di dalamnya. Benturan karakter personal. Kompetisi agenda-agenda. Persaingan pengaruh. Perebutan teritori. Dan lain-lain, you name it.

    Those all can drive us crazy, meski kita mencoba tutup mata atau fokus sendiri get our own things done. Dan masalah sebenarnya adalah kita tidak mungkin bisa tutup mata terhadap itu. Betul kan? Kenapa? Karena kita tetap harus bekerja secara produktif dengan rekan kerja di kantor, meski situasinya menantang, demi tuntutan pekerjaan dan demi karir kita sendiri.

    Nah! 😉

    Tantangannya adalah BAGAIMANA kita berperforma produktif di kantor dengan seminimal mungkin menyeberang ke sisi gelap tersebut. Surviving the wave. Or even surfing the wave. Diawali kesadaran dan pemahaman bahwa ada dinamika ‘kekuasaan’ dan aturan-aturan tidak tertulis yang berlaku. Lalu bernavigasi dengan itu secara KONSTRUKTIF. Ingat, secara konstruktif! Politik tidak berarti harus ada cara-cara kotor. Nope! Ada konstruksi akhlak yang memagari perilaku kita sehari-sehari, termasuk di kantor, kan!?

    Tulisan ini sepertinya bakal panjang. Tapi baiknya dibuat berseri saja, setuju? Ada banyak pengalaman dari 14 tahun bekerja di tujuh perusahaan (tidak termasuk freelancing/part-timing dan consulting ya). Namun, beberapa pointer dari perjalanan panjang tersebut bisa menyarikan beberapa poin sbb:

    • bagaimana membangun komunikasi-relationship dengan orang yang basically tidak cocok dengan kita
    • bagimana membangun inner circle (sekutu) yang produktif
    • bagimana mempertahankan resource (defensif, bukan ofensif)
    • bagimana tetap bergerak maju atau naik ke atas dengan terhormat
    • bagimana dealing with boss’ pet (you know what I mean, dont you?)
    • bagimana mengkonstruksi power games
    • bagimana berkolaborasi dengan rekan yang hyper-competitive.

      Namun, sangat mudah mengkambinghitamkan politik kantor sebagai wan-prestasi atau outlet dari rasa frustasi soerang karyawan. Padahal sesungguhnya akan bisa lebih efektif untuk menunggangi politik ini untuk get things done di kantor. Be positive! Sesungguhnya, kita bisa mengontrol lebih banyak hal daripada asumsi kita sendiri. Yang kita perlukan:

      • Observasi. Ketika seseorang di kantor tampak sedang memainkan kartu politiknya, kita sering berpikir bahwa kita tahu motifnya, namun sering juga kita ketinggalan. So, step back dan evaluasi lagi: hal apa lagi yg bisa ada di balik permainan itu? “Don’t be so naive”, itu kata seorang teman ke saya pada suatu kesempatan. Tapi terkadang, momen tsb bukanlah sesuatu yang perlu diseriusi.
      • Keep positive. Berusaha menghapus diri dari peta politik. Setiap orang di kantor membawa misi dan beban sendiri-sendiri. Mungkin juga apa yang kita asumsikan itu sebuah serangan personal ke kita malah sebenarnya nothing to do with us.
      • Tantangan. Kita harus akui, tidak semua konflik itu buruk. Butuh tantangan kompetisi seberat Champions League yang diisi klub juara liga se-Eropa untuk para superstar bola seperti CR7, Messi, Henry, dan Kaka mengeluarkan performa terbaiknya. Dan juga, bagaimana satu tim harus ‘dipaksa’ berkolaborasi kompak (meski kurang akur seperti Neymar – Mbappe – Messi) untuk menggapai tangga final. Sebuah tim dapat dan sering ‘naik kelas’ ketika menghadapi tantangan bersama.
      • Every man for himself. (Saya dapat quote ini dari serial LOST di 2006 dulu, and I like it). Tidak ada kata cengeng. Dan lembek. Meski medan laga tampak seperti tidak adil sekalipun. Tanggung jawab atas performa diri sendiri.
      • Stay cool, guys! Pihak seberang akan merasa menang setiap saat melihat diri kita panik. Never give them those satisfaction, and they’ll lose their power.

        Okay, let’s map the conflict within the wall. Then jump into each. And win it!

        1. Tantangan politik bersama bos

        Semua orang mempunyai atasan. Dengan berbagai karakter. Dan drama. (1) Ada bos yang menahan anggotanya. (2) Ada atasan yang mengkompetisikan antara anggota timnya. (3) Ada tipikal micro-managing manager. (4) Ada bos yang memfavoritkan seseorang sampai batas logis. (5) Atasan yang kurang inisiatif.

        2. Tantangan politik bersama partner/rekan kerja

        (5) Bagaimana menghadapi rekan sekerja yang hypercompetitive? (6) Atau seorang bully dalam dinamika formal. (7) Bagaimana jika kita berada di luar circle utama? (8) Atau seorang credit stealer?

        Semoga kita bisa bahas itu semua satu persatu dari 8 situasi tersebut di blog ini. Mau dimulai dari yang mana? 😉

        At the end of the day, kita harus me-manage konflik-konflik tersebut secara konstruktif, demi tercapainya tujuan organisasi. Butuh skill tersendiri dalam berinteraksi dalam situasi sulit dan orang yang sulit. Bahkan perlunya kita membangun aliansi dengan orang-orang yang tepat.

        You are not as powerless as you are feeling

        Gayuh Putranto, 2022
      • Lima Buku Yang Membentuk Diri Saya (Bagian 1 dari Sekian)

        Lima Buku Yang Membentuk Diri Saya (Bagian 1 dari Sekian)

        “One must always be careful of books, and what is inside them, for words have the power to change us.”

        ―Cassandra Clare, Clockwork Angel 

        Coba renungkan kembali ketika kita masih muda. Apakah ada buku-buku yang benar-benar menyentuh-menggeser pemikiran kita, yang kita rasakan memengaruhi pilihan hidup saat ini? Bahkan mungkin buku-buku favorit tersebut masih ada di lemari buku hingga saat ini.

        Membaca buku pada dasarnya adalah seperti memberikan makanan ke otak. Lalu otak menganalisis, merenungkan, dan menyerap informasi yang dianggap layak untuk diketahui – dipahami – lalu diimplementasi. Para pembaca buku pasti tidak bisa menolak fakta bahwa ada buku-buku tertentu yang mengubah hidup mereka ketika berada di lorong gelap atau sedang mencari sebuah jawaban akan pertanyaan kehidupan. Buku-buku tertentu mempunyai ‘aura magis’ yang bisa membantu mengartikulasikan pikiran dan emosi, membantu menemukan “voice”, dan bahkan dapat mengubah seluruh hidup, memberi pandangan yang menarik tentang berbagai hal dan membantu kita tumbuh sebagai pribadi.

        Berikut lima buku yang membentuk pribadi saya hingga saat ini. Dalam urutan lini masa. Bukan urutan terbaik atau urutan pengaruh.

        1. La Bible Le Coran Et La Science, 1976 (Maurice Bucaille)

        Bibel, Quran, dan Sains Modern

        Seorang Gayuh muda ketika di sekolah dasar sampai SMA adalah pemuja sains, sejarah, dan matematika. Antusias terhadap sains mulai dari antariksa, geografi – geomorfologi, dan biografi.

        Sains terkait dengan ‘mistis’ pun dinikmati. Buku-buku Muhammad Isa Dawud pun terkoleksi di masa SMP, yaitu Dajjal Keluar Dari Segitiga Bermuda dan Dialog Dengan Jin Muslim. Buku tentang Nyi Roro Kidul pun terbeli ketika wisata ke Pantai Selatan.

        Namun, ada satu buku sains yang ternyata sudah berada di koleksi rumah namun baru terbaca ketika SMA kelas 1 dan itu membangkitkan gairah tentang sains dan Islam. Buku translate bahasa Indonesia karangan Professor Maurice Bucaille berjudul Bibel, Al-quran, dan Sains Modern sangatlah kebetulan dibahas di kelas pelajaran PAI di kelas 1 SMA.

        Fakta ayat fii dzulumatin tsalatsi atau tiga lapis (kegelapan) janin dan gunung-gunung berjalan – teori tektonik lempeng menginspirasi jiwa. Menorehkan keyakinan bahwa agama Islam yang dianut tidak sekedar rutinitas ibadah yang saat itu sedang dilakoni di musholla dan masjid dekat rumah: tahlilan malam jumat, tadarus, sholawatan, dsb.

        Masih di periode antusiasme sains itu, terbelilah buku “Setetes Rahasia Alam Tuhan”, yang mencoba mencerna kejadian Isra’ Mi’raj melalui pendekatan astro-fisika.

        2. Ma’alim Fi Ath-Thariq, 1964 (Sayed Qutb)

        Seorang mahasiswa Gayuh adalah mengalami ‘shifting’ secara pemahaman beragama. Mulai dari dasar konsep aqidah tauhid sampai beribadah dan bermuamalah. Berkat kajian (baca: liqo/halaqah) di masjid Salman ITB. Dari yang semula Islam ritualistik (dan tradisional) dan skup lokal.

        Bacaan buku ini benar-benar game changer bagi iman dan pemikiran. Diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi “Petunjuk Jalan”. Buku yang ditulis oleh Sayed Qutb, seorang doktor aktivis dakwah yang dipenjara oleh Presiden Mesir waktu itu. Sari pemikirannya adalah tentang fundamental akidah tauhid. Akar keimanan tunggal hanya kepada Allah SWT melahirkan konsekuensi kewajiban bagi setiap pengucap Laa Ilaaha Illallaah. Konsekuensi ini yang kemudian didetilkan dalam beberapa aspek, mulai dari pribadi, kehidupan sosial, dan (ini yang menarik) negara/politik! Apa konsekuensi seorang yang sudah bersyahadat pada kondisi pribadi sebagai warga negara. Buku ini ada di tataran pemikiran dasar. Bukan di level praktikal. Untuk dijadikan pedoman dalam praktik kasus per kasus.

        //www.instagram.com/embed.js

        Sependek ingatan saya, empat kali saya beli buku ini, karena ketiganya diminta oleh tiga teman kuliah saat itu. Ada yang mau lagi? 🙂

        Buku ini, dalam beberapa kesempatan, menjadi buku “terlarang” di beberapa negara. Karena tulisannya yang ‘brainwashing’. Bahkan ketika musim episode bom dan teroris sejak Bom Bali sampai 2010-an, buku ini sering ditongolkan sebagai barang bukti hasil olah TKP di kediaman para teroris.

        3. Ayat-ayat Cinta, 2003 (Habiburrahman El Shirazy)

        Saya pribadi adalah persona yang logis dan empirik, consequently lemah dalam imajinasi dan fantasi. Meski hobi membaca, novel bukanlah menu yang disukai. Pernah mencoba melahap Lord Of The Ring dan Harry Potter supaya tidak ketinggalan jaman waktu itu, namun gagal. Otaknya ga sanggup. Hehe.. Meski pernah menamatkan Ramayana dan Mahabharata saat SMP. Namun, novel Ayat-ayat Cinta ini sangat menarik perhatian karena hits di masa ‘puber ngaji’ waktu itu. Kuatnya akar iman butuh imajinasi terhadap manisnya buah akhlak. Dan di novel ini saya menemukan imajinasi tersebut.

        Kekuatan novel ini adalah akhlak si pemeran utama. Seorang pemuda yang super sholih dan pintar. Terdengar utopis di era jaman now, namun sesungguhnya saya bisa katakan bahwa banyak di sekitar kita yang selevel bahkan lebih dari itu. Beberapa kilas episode kehidupan tentang kemuliaan akhlak termaktub dengan manis di novel ini. Dibungkus dengan narasi yang menceritakan indahnya negara Mesir dan kehidupan mahasiswa Universitas Al-Azhar. Match dengan situasi saya waktu itu.

        Namun apa daya, versi filmnya mendegradasi kekuatan novel ini. Ini akibat sutradara dan tim tidak berada di level akidah yang berbeda. Akhirnya, penafsiran terhadap novel menjadi bias. Filmnya malah berfokus ke poligami.

        Pages: 1 2

      • What Geologists Do After Discovery?

        What Geologists Do After Discovery?

        Tantangan geologist saat ini sudah jauh lebih luas spektrumnya. Discovery adalah satu milestone dalam industri tambang. Tapi ada beberapa milestone di depan yang menanti yang membutuhkan kompetensi geologist yang lain, yaitu mineral resource development (resdev) dan feasibility study (studi kelayakan).

        Australia adalah negara dengan industri tambang terbesar di dunia. Puluhan deposit mineral berskala worldclass ter-discovery dan sampai pada fasa eksploitasi, misalnya Pilbara, Olympic Dam, Mount Isa, South Flank, dan Carmichael (gambar di bawah ini menunjukkan sebaran proyek eksplorasi di Australia, lengkap dengan hasil eksplorasi signifikannya). Demi menjaga sustainability dari industri ini, pemerintah Australia mensupport penuh dalam hal regulasi dan risetnya. Dengan dua hal fundamental itu, support finansial untuk pembiayaan proyek tambang, termasuk proyek eksplorasi sangat baik.

        Australian Mineral Exploration Map 2021 (https://australiaminerals.gov.au/projects-and-exploration)

        Proyek eksplorasi tambang disini sangat berkembang dan menjanjikan, in terms of profitability. Fasa eksplorasi yang belum making cuan dari produksi sebagian besar dibiayai dari papan bursa efek Australia. Dengan sistem pelaporan publik yang transparan dan informatif (asas materiality) dan dilakukan oleh Competent Person yang terdaftar, skema model bisnis ini berlangsung sangat baik. Para pelaku bursa dengan mudah mengakses hasil eksplorasi para junior miners (sebutan untuk perusahaan tambang eksplorasi) dan berinvestasi di dalamnya, dengan ekspektasi bahwa proyek eksplorasi tersebut akan suatu saat meledak nilainya ketika masuk ke tahap penambangan.

        Aktifnya para junior miners ini di ASX terlihat dari grafik komposisi pelaporan publik (JORC report) di bawah ini. Lebih dari 60% pelaporan tambang untuk publik adalah pelaporan hasil pengeboran eksplorasi dan lebih 75% adalah pelaporan eksplorasi. Pengeboran adalah ujung tombak dari tahap eksplorasi dan hasilnya berdampak signifikan terhadap nilai proyek dan tentunya berujung pada value para pemilik sahamnya).

        Namun, (disini menariknya untuk dicermati para geologist) hanya 5% dari eksplorasi tersebut yang bereskalasi menjadi mineral resource (sumberdaya mineral) dalam lima tahun terakhir. Dan lebih parahnya, hanya 2% yang bisa mencapai tahap FS! Lihat gambar di bawah ini yang menunjukkan daur hidup industri tambang.

        Visualizing the Life Cycle of a Mineral Discovery

        Kenapa hanya 1 dari 50 proyek eksplorasi yang sampai ke FS? Itupun FS bisa berujung di feasible/layak atau tidak layak. Kelayakan suatu deposit mineral harus lulus diuji oleh empat aspek: teknikal, ekonomi, lingkungan dan sosial. Dari sisi teknikal, kelayakan suatu deposit bergantung pada ukuran deposit, kadar logam, studi geoteknik, teknologi penambangan, teknologi pengolahan (processing), dan teknologi pemurnian (smelter).

        Pages: 1 2

      • Penyejuk Mata

        Penyejuk Mata

        Saya sering dan suka mengamati wajah anak-anakku ketika tidur. Perasaan saya selalu campur aduk. Di permukaan teratas, ada perasaan bersyukur karena dikaruniai Allah SWT anak-anak yang ‘normal’ dan sehat jasmani rohani. Setelahnya, ada perasaan bersyukur karena, la haula wa quwwata illah billah, anak-anak tersebut dikelilingi lingkungan yang lebih dari baik dan tercukupi.

        Deeper feeling tentang itu, terbersit kekhawatiran bahkan ketakutan. Mungkin sebagai fitrah orang tua memandang anak-anaknya, bahwa ‘titipan Allah’ tersebut akan kita tumbuh-kembang-didik sejauh mana, sesholih siapa, sebaik apa, dst.

        Kekhawatiran tersebut wajar-wajar saja. Kurang sholih apa Rasul Nuh (alaihissalam), anaknya durhaka kepadanya. Itu contoh ekstrimnya. Di kehidupan sehari-hari, beberapa kasus kita jumpai orang tua yang alim namun anaknya terjerat narkoba. Allahu a’lam kalau alimnya tersebut hanya tampak di permukaan. Meski jauh lebih banyak contoh orang tua yang alim, anaknya sholih dan alim juga. Bahkan saking rutinnya berita anak membunuh ayah dan ibunya, harian sekaliber Kompas dan Liputan6 pun membuat tag tersendiri. (Naudzubillah).

        Bagi Bapack, seorang kepala keluarga, sebuah ayat yang menegaskan berat beban di pundaknya dalam kaitannya dengan anak-anak, sbb:

        يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

        Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. (QS. At- Tahrim: 6)

        Padahal, boro-boro menjaga keluarga, menjaga diri dari neraka saja sudah tampak seperti mission impossible, di jaman seperti ini. Apalagi menjaga keluarga. Ada anak-anak, ada istri. Ada pula orang tua.

        Namun, alhamdulillah, rasa ketakutan tersebut seringkali redup di kala saya menghaturkan doa sbb, yang merupakan salah satu doa favorit sejak bujangan dulu:

        رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

        Wahai Robb kami, karuniakanlah pada kami dan keturunan kami serta istri-istri kami penyejuk mata kami. Jadikanlah pula kami sebagai imam bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Al Furqon:74)

        Itu adalah salah satu prioritas yang dipanjatkan di waktu-waktu istijabah, misalnya ketika sujud sholat, di antara dua khutbah Jumat, dan setelah sholat.

        Pages: 1 2

      • Guitar Solo Stuck in My Head

        Guitar Solo Stuck in My Head

        Melodi atau solo gitar adalah satu elemen penting dalam musik yang mewarnai jiwa atau menyampaikan pesan dalam musik itu ke pendengar. Bahkan, ini menjadi alibi untuk kaum pre-millenial dalam mengatakan ‘musik jaman now tidak berkualitas!’. Klaim Generasi 70-80 an tersebut bertambah tentang miskinnya talenta personelnya. Miskin originalitas musikal. Musik yang robotik atau computer-made. Miskin penjiwaan.

        Tetapi, betul bahwa, preferensi musik itu relatif. Tapi ada yang mutlak. Absolut bagus. Sebut saja grup band Queen atau Beatles. Atau Michael Jackson.

        Photo by J. Allouche on Unsplash

        Preferensi ke alat musik gitar juga bias pribadi. Saya suka suara lengkingan dan bending senar gitar. Atau riff pembangun verses yang menyatu ear-catching. Atau klentingan gitar unplugged, yang kadang ada suara berdecit. Shredding atau speedy melody khas metal juga favorit saya, meski tidak banyak yang benar-benar menyukainya karena merusak lagu itu malah.

        Sering saya lebih hafal dan bisa menirukan solo gitar daripada lirik lagu itu. Berikut beberapa guitar solo yang menempel di kepala, yang menurut saya yang terbaik. Urutan berikut bukan ranking.

        1. Guns and Roses (Slash) – November Rain

        Berdurasi 9 menit, struktur lagu ini megah. Ada keyboard dan piano. Intro – verse – tanpa reff – 2x solo gitar yang rapi dan menyayat hati (karena ceritanya ditinggal kawin si mantan), balik ke verse, jeda, lalu outro dengan solo guitar melody. Seakan puncak dari novel, tempo naik, seiring naiknya Slash ke atas piano untuk melody.

        Satu yang disayangkan adalah, tidak ada versi Live yang bagus ketimbang video clipnya. Beberapa live yang saya amati, Slash kurang rapi bermainnya dan satu pola per ‘reff’ -nya. Ini yang membedakan dengan solo-solo yang lain di bawah ini. Bahkan di live versi ‘resmi’ seperti di ajang Grammy, mainnya pun babalatak.

        Ini, menurut saya sejak SMA sampai sekarang tidak berubah, lagu paling favorit. Dari segi teknikal okay, dari sisi nostalgia masa muda juga ada. Slash sebenarnya sangat jago dalam guitar solo yang memorable. Don’t Cry dan Sweet Child O’Mine adalah dua lagu legendaris dengan solo yang bisa lekat di kepala dengan mudah. Ada satu yang underestimate, menurut saya, yaitu Estranged. Lengking gitar Slash dari awal lagu sampai akhir lagu benar-benar killer!

        2. Pink Floyd (David Gilmore) – Comfortably Numb

        Ada dua solo di lagu ini, di tengah dan outro. Di bagian akhir yang sangat elegan. Guitar melodi di lagu ini menyadarkan saya bahwa teknik speed atau shredding bukan segalanya di guitar solo. It just sound perfectly fit with the lyrics. Just it. Pas, tidak berlebihan. Ini tentang bagaimana band membangun narasi dari awal lagu, perlahan ‘tensi’ naik dan outro melodi menjadi peak dari cerita itu. Lengkingan gitar dan bending David tidak tertandingi. Sulit mereplikasinya. Karena itu tentang feel. Tentang rasa.

        Versi live lebih merdu ketimbang versi kaset. Tentu, karena berbeda kualitas sound. Lagu ini aslinya rilis tahun 1979. Dua versi live yang fenomenal adalah Pink Floyd Live At Knebworth 1990 (Pulse restored) dan Pompeii 2016. Konser yang terasa mewah. Tata panggung dan lampu diset sedemikian fantastik. Pun terasa di tengah dunia Freemasonry ya, kan? Karena ada logo satu mata raksasa. 😉 Lupakan ini, fokus ke solo outro. Serasa tenggelam terlena di tengah 4 menit melodi. Ketika jerit gitar serasa sampai di puncak, drum menutup melodi tersebut. Seorang yang sepuh umur 70, pegang gitar pakai kaos hitam dan celana kain, single-handledly sinking us down into an emotion. It was just pure skill. No makeup, no pomade, no dancing.

        3. Scorpions – Still Loving You

        Lagu yang sudah menempel di kuping sejak SD. Solo guitar ada di bagian belakang lagu, uniknya, beriringan dengan reff. Versi kaset 1984 memotong melodi menjadi fading away. Sungguh disayangkan. Tapi kita bisa mendapati versi utuh melodinya di versi live, salah satunya di bawah ini.

        Melodi gitar yang sangat serasi dengan pekik Klaus Maine, sang vokalis. Bersautan. Sangat melankolik. Dan melodis. Seakan bagian dari reff itu sendiri. Bagian dari narasi. Mengalir indah bersama.

        4. Led Zeppelin – Stairway to Heaven

        Lagu terlarang. Iya. Terlarang dimainkan di toko alat musik. Coba googling hal ini sendiri.

        Intro gitar dan riff-nya legendaris. Menginspirasi banyak gitaris sampai beberapa dekade ke depannya, sejak dirilis 1971.

        Bagian melodi, terdengar seperti lompatan. Dari verse yang kalem, tiba-tiba melodi khas Jimmy Page yang agak bad ass meski basic-nya rock and blues. Versi live mengamini hal ini. Bagian solo extended menjadi lebih liar, baru masuk lagi reff.

        Pages: 1 2

      • Resensi Buku: Deep Work — (Cal Newport)

        Resensi Buku: Deep Work — (Cal Newport)

        Guys.. buku ini wajib dibaca jika dan hanya jika…

        1. Kamu merasa sehari-hari tenggelam dalam pekerjaan (lebih tepatnya rutinitas) yang dangkal, seperti administrasi, scrolling socmed, dan berbalas email.
        2. Kamu merasa sulit memproduksi karya besar atau sebuah milestone atau belajar skill/knowledge baru yang sophisticated.
        3. Kamu meresa ingin jauh lebih produktif di dalam pekerjaan yang butuh kognitif (akademik)

        Saya merasa buku ini sangat mencerahkan. Mempertajam gagasan di kepala setelah tamat membaca buku The Shallow -nya Nicholas Carr. Setelah tamat buku ini, sambung buku Marie Kondo tentang lifestyle minimalis dan The Power of Habit -nya Charles Duhigg. Rasanya mengalir.

        Photo by Jeroen den Otter on Unsplash

        Pages: 1 2

      • Restarting (deep) writing

        Restarting (deep) writing

        Hello, my blog. So glad to see you, my friend. Been a while 🙂

        Eventually, saya BISA putuskan untuk pensiun dari micro blogging dan micro reading. Apa itu?

        Intinya, aktivitas membaca singkat dan menulis pendek. Tumbuh dari logika sederhana, bukan ekstraksi kognitif. Ditambah bumbu  scrolling dan rebahan nikmat.

        Yak! Itulah social media. Start pensiun dini dari social media sudah mulai dari 2014 waktu gaduh Capres Jilid 1. Noise dan hoax. Instagram hanya terinstall hanya ketika mau upload gambar. Selebihnya uninstalled. Ga terlalu penting, sama seperti Path, ajang riya’ alias pamer makanan, baju, liburan. Sumpah ga penting. Hidup adalah senda gurau, benar?

        Ada social media yang paling sulit disingkirkan dari hidup, yaitu Twitter, karena sedari awal memfungsikan twitter sebagai news and information line, bukan social networking. Follow selebtwit utk kepoin bacotan atau isi kepala mereka, bukan merk sepatu atau vacation-nya. Awal install twitter back in 2009, saya follow Najwa Shihab, Anies Baswedan (waktu itu masih Rektor Paramadina) sampai dengan Ulil dan Tifatul Sembiring.  
        Beberapa kawan sempat saling follow, tapi jarang yg ‘istiqomah’ di twitter. Tenggelam oleh Path lalu Instagram dll.

        Dengan social media, informasi dan knowledge sepenggal-penggal diberondong masuk ke otak kita. Seperti riak air hujan. Pun antara knowledge dan garbage bercampur aduk. Yang penting dan tidak penting berbaur. Resultannya, manusia yang tahu sedikit tentang banyak hal. Dangkal! Shallow, not deep! Air beriak tanda tak dalam.                                 

        Pas awal Ramadhan kemarin, timeline bising dengan Covid. PSBB dan WFH, bikin banyak orang rebahan di rumah sambil socmed-an. Ditambah selebritas istana (terkenal dan punya fans/buzzer) pada blunder. Riuh! Meme, perang tagar, twitwar, sampai berantem beneran. Nah, untuk mengerem nafsu bacot mengalir ke jempol via twitter, saya (dengan berat hati) putuskan untuk pensiun dari twitter. Temporarily. Mudah-mudahan permanen. Ya, itu sangat sulit, Kamrad.

        Mestakung, dari dulu, buku-buku yang saya koleksi sudah mengarahkan ke pilihan life style yang fokus. Di antara yang sangat berpengaruh adalah:

        1. Deep Work, karya Cal Newport. Mencuci otak kita bahwa selama ini kita hanya shallow working, menghasilkan karya kualitas semenjana atau rata-rata yang umum bisa lakukan. Inti dari deep work adalah fokus yang extraordinary tanpa terdistraksi dalam hal cognitively demanding task (kebalikan dari logistical-style task). Ada bab tersendiri tentang pensiun dari social media di bagian belakang.
        2. The Shallows. Nicholas Carr menjadi pemenang Pullitzer 2010, kategori buku non-fiksi. Tentang bagaimana manusia ‘bermetamorfosis’ akibat dunia digitali yang mengubah cara membaca berita, bermulti-tasking bahkan secara radikal (misal sambil menulis laporan kerja, chatting di whatsapp, dan mendengarkan podcast). Itu semua menghasilkan daya tahan rendah dalam fokus dan deep learning.

        Ramadhan kemarin itu menjadi momentum yang ideal untuk kembali ke track. Ya, deep reading dan deep writing, instead of scrolling timeline (micro reading) and micro writing (update status, ngetwit).

        Pages: 1 2