Tantangan geologist saat ini sudah jauh lebih luas spektrumnya. Discovery adalah satu milestone dalam industri tambang. Tapi ada beberapa milestone di depan yang menanti yang membutuhkan kompetensi geologist yang lain, yaitu mineral resource development (resdev) dan feasibility study (studi kelayakan).
Australia adalah negara dengan industri tambang terbesar di dunia. Puluhan deposit mineral berskala worldclass ter-discovery dan sampai pada fasa eksploitasi, misalnya Pilbara, Olympic Dam, Mount Isa, South Flank, dan Carmichael (gambar di bawah ini menunjukkan sebaran proyek eksplorasi di Australia, lengkap dengan hasil eksplorasi signifikannya). Demi menjaga sustainability dari industri ini, pemerintah Australia mensupport penuh dalam hal regulasi dan risetnya. Dengan dua hal fundamental itu, support finansial untuk pembiayaan proyek tambang, termasuk proyek eksplorasi sangat baik.

Proyek eksplorasi tambang disini sangat berkembang dan menjanjikan, in terms of profitability. Fasa eksplorasi yang belum making cuan dari produksi sebagian besar dibiayai dari papan bursa efek Australia. Dengan sistem pelaporan publik yang transparan dan informatif (asas materiality) dan dilakukan oleh Competent Person yang terdaftar, skema model bisnis ini berlangsung sangat baik. Para pelaku bursa dengan mudah mengakses hasil eksplorasi para junior miners (sebutan untuk perusahaan tambang eksplorasi) dan berinvestasi di dalamnya, dengan ekspektasi bahwa proyek eksplorasi tersebut akan suatu saat meledak nilainya ketika masuk ke tahap penambangan.
Aktifnya para junior miners ini di ASX terlihat dari grafik komposisi pelaporan publik (JORC report) di bawah ini. Lebih dari 60% pelaporan tambang untuk publik adalah pelaporan hasil pengeboran eksplorasi dan lebih 75% adalah pelaporan eksplorasi. Pengeboran adalah ujung tombak dari tahap eksplorasi dan hasilnya berdampak signifikan terhadap nilai proyek dan tentunya berujung pada value para pemilik sahamnya).
Namun, (disini menariknya untuk dicermati para geologist) hanya 5% dari eksplorasi tersebut yang bereskalasi menjadi mineral resource (sumberdaya mineral) dalam lima tahun terakhir. Dan lebih parahnya, hanya 2% yang bisa mencapai tahap FS! Lihat gambar di bawah ini yang menunjukkan daur hidup industri tambang.

Kenapa hanya 1 dari 50 proyek eksplorasi yang sampai ke FS? Itupun FS bisa berujung di feasible/layak atau tidak layak. Kelayakan suatu deposit mineral harus lulus diuji oleh empat aspek: teknikal, ekonomi, lingkungan dan sosial. Dari sisi teknikal, kelayakan suatu deposit bergantung pada ukuran deposit, kadar logam, studi geoteknik, teknologi penambangan, teknologi pengolahan (processing), dan teknologi pemurnian (smelter).
Terima kasih sharingnya Mas Gayuh. Sepakat! Setelah kegiatan eksplorasi sukses dilakukan, tantangan berikutnya adalah mengubahnya menjadi cadangan, dan ini tantangan yang tidak kalah rumit. Faktor teknikal dan non-teknikal, yang bisa menjadi faktor pengubah, sehingga dana yang dikeluarkan saat eksplorasi, dapat kembali saat bijih pertama kali dipasarkan. Tidak cukup hanya dengan menjual portofolio “resource statement” saja
LikeLike
Benar, Pak Dosen Andy.
Di sisi yang lain, bagi para junior miners (explorer), cukup dengan menjual portfolio ‘resource statement’ atau malah jauh sebelum itu dengan menjual portfolio ‘exploration/drilling result’, sudah bisa meneguk profit. Mereka akan exit di jalur m&a (merger and acquisition). Lalu kembali prospecting dan greenfield exploration lagi.
LikeLike