Saya sering dan suka mengamati wajah anak-anakku ketika tidur. Perasaan saya selalu campur aduk. Di permukaan teratas, ada perasaan bersyukur karena dikaruniai Allah SWT anak-anak yang ‘normal’ dan sehat jasmani rohani. Setelahnya, ada perasaan bersyukur karena, la haula wa quwwata illah billah, anak-anak tersebut dikelilingi lingkungan yang lebih dari baik dan tercukupi.
Deeper feeling tentang itu, terbersit kekhawatiran bahkan ketakutan. Mungkin sebagai fitrah orang tua memandang anak-anaknya, bahwa ‘titipan Allah’ tersebut akan kita tumbuh-kembang-didik sejauh mana, sesholih siapa, sebaik apa, dst.
Kekhawatiran tersebut wajar-wajar saja. Kurang sholih apa Rasul Nuh (alaihissalam), anaknya durhaka kepadanya. Itu contoh ekstrimnya. Di kehidupan sehari-hari, beberapa kasus kita jumpai orang tua yang alim namun anaknya terjerat narkoba. Allahu a’lam kalau alimnya tersebut hanya tampak di permukaan. Meski jauh lebih banyak contoh orang tua yang alim, anaknya sholih dan alim juga. Bahkan saking rutinnya berita anak membunuh ayah dan ibunya, harian sekaliber Kompas dan Liputan6 pun membuat tag tersendiri. (Naudzubillah).
Bagi Bapack, seorang kepala keluarga, sebuah ayat yang menegaskan berat beban di pundaknya dalam kaitannya dengan anak-anak, sbb:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. (QS. At- Tahrim: 6)
Padahal, boro-boro menjaga keluarga, menjaga diri dari neraka saja sudah tampak seperti mission impossible, di jaman seperti ini. Apalagi menjaga keluarga. Ada anak-anak, ada istri. Ada pula orang tua.
Namun, alhamdulillah, rasa ketakutan tersebut seringkali redup di kala saya menghaturkan doa sbb, yang merupakan salah satu doa favorit sejak bujangan dulu:
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Wahai Robb kami, karuniakanlah pada kami dan keturunan kami serta istri-istri kami penyejuk mata kami. Jadikanlah pula kami sebagai imam bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Al Furqon:74)
Itu adalah salah satu prioritas yang dipanjatkan di waktu-waktu istijabah, misalnya ketika sujud sholat, di antara dua khutbah Jumat, dan setelah sholat.